Kamis, 19 Mei 2011

FEMINISME, LIBERALISME, DAN SEKULARISME

PENDAHULUAN
Sejak syetan mendeklarasikan dirinya sebagai musuh manusia, sejak itu pula perang yang hak dan yang batil dimulai, perjuangan kebatilan sering kali mengatasnamakan agama, persamaan hak, keadilan, kemanusiaan (HAM), dan demokratisasi, seperti juga sekularisme, pluralisme, liberalisme (SPILIS) dan feminisme  yang lebih populer dengan nama liberal,
Garakan ini terlahir dari pandangan hidup barat kondisi sosial budaya masyarakat barat dan berhasil di sebarkan keseluruh dunia, dan anehnya paham ini Mulai di semai di lahan yang paling subur yaitu lembaga-labaga pendidikan islam; IAIN, univesitas islam, STAI atau pondok pesantren. Malah sekarang PTA Islam negri menawarkan  pendidikan program khusus gratis tanpa dipungut biaya, karena mendapat support funding dari yayasan asing. Sebagian kalangan mensinyalemen langkah ini adalah bagian dari konfirasi asing untuk menghilangkan ghirah islamiyah dan strategi untuk mendangkalkan aqidah[1].    
Paham ini cendrung di pahami oleh orang-orang yang paham agama yang cukup relatif dari kalangan pesantren  dan perguruan tinggi agama islam yang bersentuhan dengan barat. Mereka menamakan dirinya “santri baru”, mulai muderat, atau Islam Liberal. Sedangkan para profesional muslim kampus dari PTU tanpaknya lebih salaf dari santri baru itu. Mereka berhitung matematis; jika Tuhan berfirman demikian, mereka sami’na wa ato’na tanpa ada ruang tawar-menawar dengan tuhan. Tapi dari kalangan santri baru masih berargumen  sami’na wa nadzorna, nanti dulu.
Oleh karena itu makalah ini penting untuk di bahas terutama bagi kalangan mahasiswa sebagai media antisipasi agar mahasiswa mengetahui bahwa gerakan ini tidak selayaknya untuk dijadikan sebagai pandangan atau gaya  hidup terutama bagi kalangan santri yang sudah paham agama, karena gerakan ini ujung-ujungnya menghilangkan ghirah islamiyah dan merupakan strategi untuk mendangkalkan aqidah.
Dalam makalah ini penulis membahas tentang feminisme, liberalisme, sekularisme. Dengan bentuk penyajian sebagai berikut: pemahaman tentang feminisme, macam-macam feminisme, pengertian tentang liberalisme, akar pemikiran liberal, sejarah pemikiran liberal, pengertian sekularisme, dan pradigma sekuler.
A.    FEMINISME
Gerakan feminisme atau lazim disebut kesetaraan  gender  berasal dari pandangan hidup barat atau muncul dari kondisi sosial budaya masayarakat barat. Inti gerakan ini adalah untuk merubah pandangan dan keyakinan masyarakat timur maupun barat, bahwa perbedaan prilaku laki-laki perempuan itu di tentukan oleh   kondisi social budaya. Oleh sebab itu konstruk gender yang sedemikian itu dapat dirubah melalui perubahan konsepnya di masyarakat. Maka dari itu Wilson mendefinisikan gender sebagai “ suatu dasar untuk menentukan perbedaan laki-laki dan perempuan pada kebudayaan dan kehidupan kolektif yang sebagai akibatnya mereka menjadi laki-laki dan perempuan.gerakan gender tidak mempersoalkan perbedaan identitas laki-laki dan perempuan dari segi anatomi biologis atau jenis kelamin, tapi mengkaji aspek social, budaya, psikologis dan aspek-aspek nonpsikologis lainnya.[2]
Hingga hari ini gerakan ini masih aktif di perjuangkan oleh sebagian kaum perempuan. dalam memperjuangkan gerakan ini Sebenarnya sebagian besar perempuan yang sedang berjuang itu adalah para perempuan yang sudah "merdeka". Biasanya mereka itu dari kalangan Wanita Karir yang sukses, punya prestasi, punya background pendidikan yang tinggi. Dan mereka tetap giat berjuang atas nama semua perempuan yang masih "terpasung tidak memiliki hak setara dengan laki-laki/perempuan yang tertindas". Masalah yang terus-menerus tentang Emansipasi sebenarnya bukan karena laki-laki menjadikan wanita sebagai objek, melainkan karena perempuan sendiri yang berlaku demikian. Selalu berteriak akan persamaan hak. Dalam parlemen di Indonesia ada sekelompok pejuang perempuan yang meminta "quota" 30% dalam keanggotaan legislatif, minta daftar nama perempuan di taruh di barisan atas dalam pemilihan. Bahkan iklan tentang ini banyak diekspos di televisi. Ini justru sangat bertentangan dengan perjuangan feminisme. Sebab kalau meminta "quota" artinya kaum perempuan ini yakin tidak mampu bersaing secara normal/ fair dengan laki-laki dalam dunia politik, sehingga perlu "quota". Apabila para aktivis perempuan ini yakin betul bahwa kemampuan kaum perempuan sejajar dengan laki-laki mengapa tidak bersaing secara fair saja. Iklan tersebut menggambarkan unsur pemaksaan dan mengarah kepada sifat KKN. Sehingga kemudian kita mendapati bahwa iklan tersebut merupakan sebuah ironisme dari perjuangan perempuan yang selama ini digembar-gemborkan.
Meskipun demikian, gerakan yang berasal dari doktrin  equality (persamaan) dalam segala hal di masyarakat pada akhirnya semakin menampakkan ciri-ciri budaya baratnya. Dari pada unsur kemanusiaannya. Salah satu teori feminisme (feminisme radikal) misalnya (baca, Hamid Fahmi Zarkasih, liberalisasi pemikiran islam ) yaitu menuntut persamaan hak antara laki-laki dan perempuan dalam soal hak sosial juga seksual. Artinya kepuasan seksual dapat juga di peroleh dari sesama perempuan. Oleh karena itu lesbianisme dan homo seksualisme dapat di beri hak hidup. Implikasinya, perempuan tidak harus tergantung pada laki-laki, dalam soal kebutuhan materi tapi juga dalam soal kebutuhan seksual. Akibatnya terpengaruh ole hide-ide ini  seorang muslimah adari canada bernama irsyad manji, di datangkan ke Indonesia untuk menyebarkan faham ini, demikian pula buku-buku Aminah wadud, Fatimah mernissi, binti syati’ dan sebagainya, banyak di terjemahkan kedalam bahasa Indonesia.[3]
   Sebenarnya di Indonesia, kesetaraan gender sudah sangat baik, lihat saja Megawati, beliau seorang perempuan yang menjadi Presiden, sebuah kesuksesan dalam peraihan karir yang paling tinggi di negeri ini. Ada Rini Suwandi seorang professional handal yang menjabat sebagai menteri Perdagangan. Sangat mengherankan bahwa kaum feminis Indonesia tidak merasa terwakili oleh prestasi yang diraih mereka ini. Dilain sisi ada banyak sekali wanita karir di Indonesia yang merangkap menjadi ibu tetapi sukses dalam pekerjaannya. Profil-profil tersebut sudah menggambarkan bahwa perempuan mempunyai andil hebat dalam politik dan perekonomian Negara Indonesia.Di negara Islam pun kita menjumpai banyak perempuan yang memegang kendali politik tertinggi contohnya Benazir Butto pernah menjabat sebagai Perdana Meteri di Pakistan, Shirin Ebadi perempuan Iran dengan kepribadian luar biasa memenangkan hadiah Nobel 2003. Chandrika Bandaranaike Kumaratunga presiden Srilanka. Dua perempuan pintar di Philipina Cory Aquino & Gloria Arroyo. Di belahan dunia lain juga kita kenal Margareth Tacher, Madeleine Albright, dan Madonna perempuan genius dengan kepribadian yang kontraversial dan sangat sukses. Di masa lalu kita mengenal Evita Peron dan masih banyak lagi. Selamat, kaum perempuan! Bahwa kaum perempuan mampu membuktikan bahwa potensi karir dan intelektual antara perempuan dan laki-laki adalah setara. Lalu apa lagi yang harus diperjuangkan? Sampai kapan kaum perempuan berjuang untuk kesetaraan gender? Saya rasa jawabannya gampang saja "sampai pada saat mereka tidak teriak-teriak lagi soal kesetaraan gender"[4]
Kaum Perempuan di-lain sisi sudah menggeser peran-peran laki-laki, begitupun tidak ada golongan yang mengatasnamakan diri mereka "Man´s Lib" protes tentang hal-hal contohnya sebagai berikut : Ada Ladies Bank (Bank Niaga sudah mempeloporinya) dimana semua staff dalam beberapa cabang adalah perempuan. Ada Gereja yang semua/ sebagian besar pekerjanya adalah perempuan, dari gembala sidang, majelis, pemusik dsb. Banyak pabrik-pabrik yang hanya menerima pekerja perempuan daripada laki-laki, di pabrik rokok, sepatu, mainan anak-anak lebih suka menerima pekerja perempuan. Kita lihat disini kaum lagi-laki sudah tergeser di ladang pekerjaan dan karir. Batapa banyak Manager/ Direktur/ Pebisnis/ Guru perempuan. Kadang juga saya sering mendapat keluhan dari laki-laki bahwa mereka lebih sulit mendapat ladang pekerjaan dibanding perempuan.Masalah kesetaraan gender yang gencar didengungkan kaum perempuan itu akan selalu ada jika kaum perempuan tidak pernah merasa bahwa laki-laki adalah "mitra" melainkan sebagai pesaing dan musuh.