Selasa, 03 Desember 2013

Kuntum Khairo Ummah*



Allah berfirman dalam Al-quraan Sungguh kami telah ciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya (QS> At-tin ayat: 4). Jika dibandingkan dengan mahluk allah yang lain maka manusia menduduki posisi tertinggi. Sehingga alangkah buruknya jika misalkan posisi tersebut diabaikan oleh manusia.            
Setiap manusia pasti punya cita-cita cemerlang untuk menjadi yang terbaik. Namun banyak manusia berlomba-lomba menjadi yang terbaik hanya dihadapan manusia. Padahal tuntutan kita adalah menjadi yang terbaik dihadapan Allah dan manusia.
Ukuran terbaik dihadapan allah adalah dilihat dari aspek ketaqwaannya, sebagaimana firmannya Sesungguhnya paling mulianya kalian disisi allah adalah ketaqwaan kalian, semakin manusia itu taqwa dalam arti menjalankan apa yang allah perintah dan menjauhi apa yang dilarang maka disitulah puncak kemulyaan manusia. Namun jika sebaliknya, maka manusia tak ubahnya seperti makhluk allah yang lainya. Yang tak punya otak untuk berfikir dan tak punya hati untuk merasakan. Sehingga kehidupannya kelam dipenuhi dengan kemaksiatan dan bahkan tak kenal rasa malu sedikitpun.  
Sedangkan ukuran terbaik dihadapan manusia adalah hanya dilihat dari kacamata dunia, punya uang banyak, jabatan tinggi, istri cantik dll. Sehingga pada aspek ini manusia sudah mulai mencoba mencari pengakuan dari masyaraka kedudukan yang tinggi, wibawa yang besar, dan mungkin ketenaran sehingga ia dapat merasakan kebahagiaan. Ironisnya, ketika banyak orang sudah mencapai tingkatan ini, mereka justru hidup dalam kekhawatiran. Khawatir kedudukannya diduduki orang lain, khawatir hartanya dirampok orang, khawatir dengan segala apa yang dimiliki sehingga akan sangat mudah menjerumuskan manusia pada kehancuran.

Pada tulisan ini penulis akan sedikit memaparkan tentang bagaimana agar kita menjadi khairo ummah?
Bermanfaat bagi yang lain.
Rasulullah SAW bersabda, "Sebaik-baik manusia diantaramu adalah yang paling banyak manfaatnya bagi orang lain.” Kita akan tercatatan sebagai manusia yang baik pabila keberadaan kita bermanfaat bagi orang lain. Mempunyai sikap ringan tangan, suka menolong, berbagi, bershadaqoh, membantu yang lemah, selalu mengingatkan orang lain pada kebaikan, sehingga Masyarakat akan merasa kehilangan jika kita tidak ada disisi mereka.
Ilmu, harta, jabatan, bahkan kekayaan yang kita punya tidak akan berarti jika kita tidak mampu mengelola dengan baik. jadikanlah semua itu sebagai investasi kekayaan kita baik di dunia maupun di akhirat, sehingga kelak nanti di akhirat  kita layak untuk meminta hak kita sebagai hamba allah.
Ketika sese­orang mencoba menjadikan dirinya bermanfaat bagi orang lain dia akan merasakan indahnya kehidupan ini. Namun Ironis­nya, kebanyakan manusia tidak sadar hal ini. padahal puncak kebahagiaan itu ketika seseorang dapat bermanfaat bagi dirinya, orang lain, lingkungannya bahkan nusa dan bangsa.
Alkisah, seorang ibu bersedih hati karena persoalan yang ia hadapi. Ia kemudian mendatangi orang bijak untuk mengkonsultasikan seputar permasalahannya, dan mulailah ia bercerita tentang permasalahannya.  Setelah sang ibu bercerita, orang bijak itu bertanya, “Apa yang kurang dari ibu? Ibu mempunyai keluarga yang lengkap, pekerjaan yang berharga, rumah, mobil, harta yang ber­limpah yang tidak semua orang memiliki apa yang ibu miliki. Lantas apa yang membuat ibu bersedih?” lanjut orang bijak itu.
“Saya juga tidak mengerti kenapa saya tidak dapat merasakan kebahagiaan padahal saya sudah mendapatkan segalanya,” jawab ibu itu. kemudian orang bijak tersebut berkata “Ibu tidak akan mendapatkan kebahagiaan ketika ibu mencari kebahagiaan, tetapi ibu akan mendapatkan kebahagiaan ketika ibu membagi kebahagiaan itu,” nasehat orang bijak tersebut.
“Maksudnya ?” tanya ibu tidak paham.
“Ibu mencari harta agar ibu bahagia, mencari pangkat agar bahagia, melakukan hal yang menyenangkan agar bahagia, tapi apakah ibu mendapatkan kebahagiaan? Cobalah bagi harta ibu dengan orang-orang yang lebih membutuhkan, dengan mereka yang hidup di pinggir sungai, di pinggir rel, dengan tetangga yang tidak dapat menyekolahkan anaknya, yang kesulitan mencari sesuap nasi, untuk anak jalanan yang seharusnya mempunyai hak sekolah, untuk anak-anak cacat yang membutuhkan penghidupan yang layak. Ketika ibu melakukan hal itu, Insya Allah ibu akan mendapatkan kebahagiaan,” tutur orang bijak itu. Jabbar Sambudi, ww.majalahgontor.net 
Seminggu kemudian raut wajah ibu itu berubah. Ia merasakan kebahagiaan yang selama ini belum pernah ia rasakan. Ia melakukan semua apa yang telah diberitahukan oleh orang bijak itu. Sungguh benar apa yang dikatakan oleh orang bijak itu:
Anda tidak akan pernah mendapatkan kebahagiaan ketika Anda mencari kebahagiaan, tapi Anda akan mendapatkan kebahagiaan ketika Anda mau membagi kebahagiaan tersebut.
Dari cerita di atas kita bisa mengerti bahwa ke­ba­hagiaan dapat dicapai ketika kita dapat bermanfaat untuk orang lain. Kebahagiaan bukan diukur dari harta yang dihasilkan, pangkat yang diduduki, atau prestasi yang diraih, tapi diukur dari seberapa besar kita mau mem­bagi kebahagiaan itu kepada orang lain, yang kita kenal maupun yang tidak kita kenal.
Dalam mahfudzat -nya disebutkan, khoirunnasi ahsanu­hum khuluqon wa anfauhum linnasi. Yang artinya, “Sebaik-baik manusia ialah yang paling baik budi pekertinya dan paling bermanfaat bagi orang lain” Budi pekerti adalah nilai yang sangat dijunjung dalam masyarakat. Karena itu, untuk menjadi sebaik-baik manusia tidaklah cukup menjadi orang yang paling baik budi pekertinya, tetapi ia juga harus bermanfaat. 
Amar ma’ruf nahi mungkar
Dalam Al-qura’an dijelaskan “Kalian adalah sebaik-baik ummat yang dilahirkan bagi manusia, kalian menyuruh ( berbuat ) kebaikan dan mencegah kemungkaran, dan kalian beriman kepada Allah.” ( QS Ali ‘Imran 110).  Diantara tugas kita selaku hamba allah dan khalifatullah di muka bumi ini yaitu senantiasa mengingatkan orang lain agar berbuat baik dan mencegah pada perbuatan mungkar.
Seruan ini sangat penting untuk kita tegakkan sebab ini kaitannya dengan pertama masalah kemaslahatan, masih banyak masyarakat yang masih membutuhkan pencerahan terkait dengan masalah keagamaan yang mana mereka masih belum tersentuh sama sekali   dengan terangnya lampu-lampu keislaman. Masih banyak masyarakat yang masih belum tahu tentang hukum halal,haram, makruh, mubah dan sunnahnya suatu perbuatan.
Begitu amat pentingnya seruan ini sehingga allah menggambar bagi orang yang tidak menegakkan seruan ini tergolong sebagai orang yang rugi, sebagaiamana firman allah dalam surat al-ashar. Demi masa sesungguhnya manusia dalam keadaan rugi melainkan bagi orang-orang yang beriman dan beramal shaleh dalan saling mengingatkan pada kebenaran dan saling mengingatkan pada kesabaran. Lantas siapa lagi yang akan mengingatkan? Kalau bukan kita selaku orang yang diamanahi sedikit ilmu oleh allah.
Orang yang belajar dan mengajarkan Al-quraan
Sebagai mana sabda rosulullah dalam hadistnyasebaik-baik kalian adalah orang yang belajar dan mengajarkan Al-quraan(HR. Bukhari)” hadist di atas sudah cukup sering kita dengarkan.  semua sepakat. itulah formula yang dapat mengangkat umat islam dari ketertinggalannya, dan mengantarkan mereka pada suatu kebangkitan yang didambakannya. Namun pertanyaannya sekarang, sudah seberapa jauhkan umat islam memahami Al-quraan? Dan sudahkah umat islam –mengamalkan- Al-quraan? Tanpa pemahaman dan pengalaman yang benar. maka label sebaik-baik manusia itu tidak akan berarti apa-apa, kualitas khoiru ummah akan sirna.
Gerbang utama untuk mendapatkan kebahagian dunia dan akhirat adalah dengan ilmu sedangkan  ilmu yang paling utama adalah mempelajari AlQur’an dan mempelajari makna-makna yang terkandung di dalam AlQur’an, serta mengamalkan ilmu tersebut, bukan hanya hafalan yang kosong dari pemahaman maknanya.
Keutamaan majelis ta’lim AlQur’an, dan yang menguatkan hal ini adalah sabda Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam: “tidaklah suatu kaum berkumpul dalam satu rumah dari rumah-rumah Allah Ta’ala -yang mereka membaca AlQur’an dan mengkaji makna-makna di dalamnya di antara sesama mereka-, melainkan akan diturunkan kepada mereka ketenangan dan rahmat yang meliputi mereka, para Malaikat akan menaungi mereka dan Allah Ta’ala akan menyebut nama-nama mereka di sisi-Nya.” (HR. Abu Dawwud, dari hadits Abu Hurairah Radhiyallahu Ta’ala ‘anhu). 
Mempelajari AlQur’an dan mengajarkannya di mesjid-mesjid adalah amalan mutawwatir yang terus diamalkan kaum muslimin dari satu generasi ke generasi lainnya, bersamaan dengan perbedaan zaman-zaman mereka dan berjauhannya kota-kota mereka. Termasuk saksi dari generasi awwal terhadap masalah ini adalah perkataan Suwaid ibni ‘Abdil’Aziiz: “adalah dahulu Abu Darda Radhiyallahu Ta’ala ‘anhu jika selesai melaksanakan shalat shubuh di mesjid  jami Damaskus, beliau mengumpulkan manusia untuk membaca AlQur’an. Maka beliau membuat kelompok-kelompok dengan 10-orang tiap kelompoknya, dan disetiap kelompok tadi ada satu orang yang memimpin , yakni yang paling pandai membaca di kelompok tersebut. Dan sementara beliau berdiri di mihrab dan terus memantau dengan pandangannya. Maka jika salah seorang di antara mereka salah dalam qira’ahnya, mereka menyerahkan perkaranya kepada pemimpin kelompok tadi, dan apabila si pemimpin kelompok tadi juga jatuh dalam kesalahan, maka mereka menyerahkan perkaranya kepada Abu Darda Radhiyallahu Ta’ala ‘anhu untuk ditanyakan tentang perkara tersebut. Adalah Ibnu ‘Amir salah seorang pemimpin kelompok yang mempunyai anggota 10-orang tadi –demikian dikatakan oleh Suwaid ibni ‘Abdil’Aziiz- maka ketika Abu Darda Radhiyallahu Ta’ala ‘anhu wafat, beliau digantikan oleh Ibnu ‘Amir”. 
Oleh karena itu mari kita jadikan alquraan sebagai petunjuk bagi hidup dan kehidupan kita. Raihlah kebahagian hidup dengan al-quraan, sehingga ketika hidup dan kehidupan kita sejalan dengan rambu-rambu yang ada dalam al-quraan maka layak bagi kita untuk mendapatkan predikat khairo umma dan muttaqin. Wallahu a’lam  
Penulis adalah alumni Sekolah Tinggi Agama Islam Luqman al-haqim
Dan tinggal di: http//best-umam.blogspot.com

1 komentar:

  1. isinya seh bagus boz, tapi antara latar dan tulisan kurang cocok, sehingga mata kurang enak dalam membaca..kalo bisa tulisan-nya jangan warna merah.

    BalasHapus